Investasi saham ala Warren Buffett (WB) dalam artikel ini di ambil dari buka yang berjudul ‘The Warren Buffett Way third Edition’. Dalam buku tersebut terdapat banyak kata pengantar dari praktisi saham yang cukup populer. Salah satu kata pengantar yang cukup menarik dari Howard Marks . Dimana dalam kata pengantar tersebut, beliau mengilustrasikan karakter seorang warren buffett dalam berinvestasi.
WB sangat detail dalam menganalisa suatu masalah dan sangat cepat dalam memahami situasi. WB sangat cekatan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi. Tentunya dengan analisa yang mendalam dalam mengambil keputusan.
WB sangat mengenal kemampuan dirinya sendiri. Dengan karakter seperti ini beliau tau persis hal yang menjadi kelemahannya dalam berinvestasi. Dengan mengetahui kelemahannya ini, sehingga beliau hanya fokus pada bisnis yang beliau bisa pahami.
Tingkat fleksibilitas WB sangat tinggi. Beliau dalam berinvestasi tidak kaku, tau kapan harus berubah. Salah satu contohnya adalah awal-awal dalam dunia investasi, dia sangat fokus pada strategi Ben Graham yaitu value investing. Namun bebrapa tahun kebelakang Wb juga menganut growth investing yang di populerkan oleh Phil Fisher.
Karakter dari WB ini tidak emosional dalam kondisi market sedang euforia atau sedang pesimis. Beliau selalu bisa melihat situasi secara jernih, karena selalu bisa menjaga emosinya. Dalam berinvestasi WB selalu memiliki pandangan dalam jangka panjang dan tidak terlalu dipusingkan dengan volatilitas jangka pendek.
Karakter WB yang lainnya adalah beliau memiliki sifat kontrarian. Karena selalu melihat situasi dengan jernih, maka WB berani melakukan kontrarian. Dia berani membeli suatu saham disaat orang lain memutuskan untuk menjual saham. Begitupun kondisi sebaliknya, berani memutuskan menjual saham disaat yang lain sedang ber-euforia.
WB sangat jeli dalam menentukan timing untuk melakukan pembelian suatu saham. Menurut beliau waktu yang tepat untuk melakukan pembelian saham bukan saat kondisi ekonomi membaik dan perusahaan mencetak kinerja fantastis, malainkan saat ekonomi sedang susah dan perusahaan bagus melaporkan kinerja keuangan yang buruk dan saham nya sedang salah harga.
Dalam melakukan investasi saham ala Warren Buffett, beliau menyarankan kita mengambil posisi sebagai analis bisnis bukan sebagai analis pasar atau makro ekonomi. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan WB dalam membeli saham, antara lain:
#Prinsip bisnis
Beliau mengambil keputusan investasi murni berdasarkan cara kerja (operasi) sebuah bisnis itu sendiri. WB selalu fokus untuk mempelajari terlebih dahulu bisnis yang akan dia lirik.
Sebuah bisnis harus sederhana dan bisa dengan mudah dipahami
Pemahaman tentang cara operasi sebuah bisnis adalah kunci utama. Tidak kurang penting pemahaman tentang angka-angak seperti Pendapatan, Beban, Arus kas, Hubungan ESDM, Keleluasaan dalam penentuan harga jual, dan Alokasi modal.
WB bisa mengerti cara kerja setiap bisnis yang beliau miliki bukan karena beliau super pintar, namun justru karena beliau telah menyingkir semua ide bisnis yang tidak bisa di fahami dan fokus di bisnis yang bisa di mengerti.
Intinya sukses dalam berinvestasi tidak di tentukan oleh seberapa banyak perusahaan yang anda tau, tapi seberapa arif anda bisa membatasi diri dalam hal yang anda tidak mengerti.
Sebuah bisnis wajib memiliki riwayat kinerja yang konsisten
WB tidak hanya menghindari model bisnis yang rumit, beliau juga menghindari bisnis yang mencoba memecahkan masalah dunia atau yang secara fundamental berubah arah karena rencana sebelumnya gagal. Bisnis yang secara bertahun-tahun memproduksi dan menjual produk dan jasa yang sama adalah bisnis yang patut di pelajari lebih dalam menurut WB.
Walaupun mencoba memprediksi kinerja masa depan sebuah perusahaan tidak lah mudah, namun perusahaan yang memiliki rekam jejak kinerja yang stabil dan masih menjual produk dan jasa yang sama selama bertahun-tahun maka tidaklah keterlaluan jika kita beranggapan trend kinerjanya akan berlanjut walaupun tidak selalu benar.
Sebuah bisnis harus memiliki prospek jangka panjang yang menguntungkan
Secara mendasar, WB menerangkan bahwa sebuah bisnis yang memiliki MOAT (kekuatan kompetisi yang berkesinambungan) adalah yang produk dan jasanya memiliki 3 karakteristik dasar yaitu:
– Di butuhkan atau di inginkan.
– Tidak memiliki pengganti (substitusi) yang dekat.
– Tidak di atur/limitasi oleh regulasi.
Dengan adanya 3 karakteristik atas, sebuah perusahaan bisa mempertahankan harga jual bahkan menaikannya tanpa harus hawatir kehilangan pangsa pasar atau terjadinya penurunan volume penjualan. Keleluasaan dalam pengaturan harga jual merupakan ciri sebuah bisnis yang kuat yang bisa memberikan pengembalian modal yang lebih tinggi dibanding sektor.
Disini WB juga memberi peringatan tentang bisnis komoditas yang tidak memiliki diferensiasi sehingga harga jual yang murah akan menjadi satu-satunya faktor dalam perebutan pangsa pasar. Namun hal ini tentunya akan berdampak negatif terhadap marjin perusahaan.
#Prinsip manajemen
WB menggaris bawahi kepentingan kualitas manajemen saat melirik sebuah bisnis. Kejujuran dan kompetensi adalah dua hal yang WB cari.
Terlepas dari seberapa menarik prospek sebuah bisnis, tanpa kejujuran dan kompetensi, WB percaya kemitraan tersebut tidak akan sehat dan berlangsung lama, mustahil bisa berhasil. Prinsip penting dalam memilih manajemen yang jujur menurut WB.
Rasionalitas manajemen
Secara jangka panjang modal akan berdampak pada nilai yang diterima oleh pemegang saham. Menginvestasikan ulang keuntungan atau mengembalikannya dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham menurut WB akan menunjukan rasionalitas manajemen.
Kemana keuntungan di alokasikan sangat lah berkaitan dengan fase siklus bisnis perusahaan tersebut sedang berada. Saat perpindahan siklus bisnis terjadi, tingkat pertumbuhan pendapatan, laba dan arus kas pun akan berubah drastis.
Di fase awal (development stage), perusahaan sering mengalami kerugian karena sedang membangun produk dan merintis pasar. Penjualan bertumbuh kencang (growth stage), dan mulai mencetak laba, namun belum cukup untuk membiayai ekspansi usaha yang begitu ekspansif sehingga keuntungan cenderung diputar kembali bahkan seringkali harus berutang.
Perusahaan masuk ke fase kematangan (maturity stage). Pertumbuhan pendapatan mulai melambat namun akumulasi arus kas terus meningkat dan melebihi keperluan ekspansi dan kebutuhan operasional. Terakhir fase penurunan (decline stage), perusahaan mulai mengalami kontraksi di pendapatan dan laba, namun masih terus mencetak kelebihan arus kas.
Di fase kematangan dan penurunan ini lah (terutama di fase kematangan) muncul pertanyaan, kemanakah sebaiknya kelebihan arus kas di alokasikan? Menginvestasikan kembali kelebihan arus kas kedalam bisnis jika pengembalian ekuitas (ROE) bisa meningkat.
Dalam persimpangan jalan inilah, WB dengan sangat teliti menanti tindakan yang akan diambil oleh manajemen karena akan mencerminkan rasionalitas manajemen dalam berbisnis.
Jika manajemen masih tetap melakukan investasi ulang walaupun ROE terus menurun, maka manajemen mengambil pandangan bahwa ini hanyalah masalah sementara, manajemen percaya kejayaan akan kembali.
Namun jika masalah ini berlarut lama dan manajemen terus mengabaikannya, maka kinerja akan semakin memburuk, kelebihan arus kas semakin menumpuk dan nganggur, harga saham pun akan mendapat sentimen negatif. Ini umumnya menandakan era manajemen baru, karena banyak korporasi yang akan sangat tertarik membelinya dengan kas yang melimpah dan di jual di harga murah.
Untuk menangkis ancaman ini, manajemen melakukan aksi akuisisi. Namun WB tidak terlalu optimis dengan cara membeli pertumbuhan, karena 1 hal, akuisisi itu mahal. Selain itu, menjalani bisnis baru cenderung menimbulkan kesalahan baru dan ini akan merugikan pemegang saham.
Jadi opsi yang paling rasional menurut WB adalah mengembalikan kelebihan uang kepada para pemegang saham. Ini bisa di lakukan lewat pembagian dividen atau membeli kembali saham perusahaan.
Keterbukaan manajemen kepada pemegang saham
Dalam melakukan investasi saham ala Warren Buffett, beliau sangat suka sekali dengan team manajemen yang jujur dan mau terbuka kepada pemegang saham. Keterbukaan disini meliputi performa perusahaan dan berani mengakui kesalahan jika terdapat kesalahan.
Setiap laporan kinerja perusahaan yang dilaporkan minimal harus bisa menjawab 3 pertanyaan penting: estimasi nilai perusahaan, kemampuan keuangan untuk memenuhi kewajiban, dan tingkat kinerja manajemen saat ini.
Beliau memberikan beberapa saran cara mengevaluasi manajemen perusahaan, antara lain:
– Baca laporan tahunan beberapa tahun terakhir dan letakkan perhatian khusus pada ucapan manajemen atas strategi bisnis yang akan mereka lakukan di masa depan, lalu bandingkan rencana sebelumnya dengan hasil sekarang.
– Bandingkan strategi bisnis beberapa tahun sebelumnya dengan strategi sekarang, bagaimana perubahan pola pikir manajemen yang terjadi.
– Bandingkan laporan tahunan perusahaan dengan laporan tahunan para pesaing. Mungkin tidak mudah mencari pesaing yang persis sama, namun yang relatif sama adalah evaluasi yang cukup.
#Prinsip market
Menentukan nilai perusahaan
Menurut WB nilai sebuah bisnis bisa ditentukan dari Jumlah Arus Kas Bersih yang bisa dihasilkan di masa depan, lalu di hitung kembali ke nilai kini dengan menggunakan tarif diskon suku bunga yang wajar.
Untuk menerapkan prinsip ini sesungguhnya cukup mudah dilakukan, asal kita memiliki variabel yang tepat, yaitu: jumlah arus kas bersih masa depan dan tarif diskon yang tepat.
Jumlah arus kas bersih masa depan dapat diperhitungkan jika sebuah perusahaan memiliki rekam jejak yang konsisten, hal ini berkaitan dengan prinsip pertama WB, yaitu bisnis yang akan kita geluti harus benar-benar dipahami. Sedangkan tarif diskon yang digunakan WB adalah tarif suku bunga jangka panjang pemerintah Amerika serikat.
Membeli saham pada harga yang menarik/diskon
Melakukan investasi di perusahaan bagus yang mudah dan bisa dimengerti serta memiliki prospek jangka panjang yang bagus dan di kelola oleh manajemen yang baik tidaklah memberi garansi sukses. Investor harus membeli di harga yang wajar dan perusahaan tersebut pun harus menghasilkan kinerja yang sesuai ekspektasi.
Jika seorang investor sudah tau nilai sebuah perusahaan, maka dia akan dengan gampang menilai harga yang harus dia bayar dan ini kita kenal dengan istilah Margin of Safety (MOS) alias diskon terhadap harga wajar.
Masih banyak lagi pelajaran yang bisa dipetik dalam buku ini, kami sarankan untuk membaca langsung buku ini agar lebih mendetail. Demikian lah artikel yang membahas tentang investasi saham ala Warren Buffett, semoga bermanfaat.